Rabu, 26 November 2008

Karawang-Bekasi (Chairil Anwar)


KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi

tidak bisa berteriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata lagi


Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak


Kami mati muda. Yang tinggal hanyalah tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwaKerja belum selesai,

belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa


Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan,

kemenangan dan harapanatau tidak untuk apa-apa


Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak


Kenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskanlah jiwa kami

Menjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung Sjahrir


Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas kenyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Kerawang-Bekasi

Tidak ada komentar: